Pages

[RUSIA] Menginap di Kota Volgograd (Part 1)

Thursday, October 22, 2015

Pada awalnya saya berencana untuk mengunjungi Kazan yang merupakan kota dengan populasi Muslim terbanyak di Rusia sebagai agenda wajib untuk bertemu dengan sahabat saya tapi karena kami sudah bertemu di Moskow, maka saya membelokkan rute ke kota lain dan pilihan itu jatuh ke Volgograd, kota dimana pernah terjadi peperangan terbesar di Rusia dalam melawan pendudukan Nazi Jerman.
Mamayev Kurgan, Memorial Hill
Kebetulan saya diundang untuk menginap di salah satu rumah teman lama saya yang pada dasarnya kelahiran Tajikistan namun besar di Volgograd, Rusia. Tadinya saya menolak dan lebih ingin menginap di hostel, apalagi teman saya ini pria, jujur saya merasa rikuh sendiri. Tapi karena ternyata menurut budaya di Rusia menolak undangan menginap tergolong tidak sopan, akhirnya saya pun mengalah.

Sebagai informasi, kalau punya rencana untuk bertamu atau bahkan menginap di rumah orang Rusia, usahakan membawa hadiah misalnya sesuatu yang khas dari Indonesia seperti batik atau makanan dan minuman yang populer serta khas di Indonesia untuk empunya rumah. Saya sendiri saat itu memberikan beberapa souvenir batik dan beberapa pack kopi serta teh khas Indonesia. Oh iya, ternyata di sana mereka pakai teh yang merknya Ява alias Yava yang artinya Jawa dengan simbol siluet putri Jawa! Oke, maaf atas kenorakan sesaat saya. Hehehe.

***

Saya tiba di Volgograd 1 sekitar jam 5 sore waktu setempat, setelah menempuh perjalanan dari Saint Petersburg selama 27 jam lebih sedikit di atas kereta dengan transit sekitar 2 jam di Moskow. Di kereta emang cuma tiduran karena nggak bisa kemana-mana jadi badan emang berasa kaku banget. Pantes aja setiap kereta berhenti di stasiun selama 5-10 menit, kebanyakan penumpang langsung keluar ke peron sekedar untuk melemaskan kaki, merokok, atau lari-lari kecil.
Russian Railway
Ada kejadian menyebalkan saat sampai di stasiun besar Volgograd 1 yang cukup membuat saya mau makan orang. Jadi sebelumnya saya udah sepakat dengan teman saya yang bernama Felix di Volgograd 1 bahwa dia akan menjemput saya di stasiun karena saya sama sekali nggak paham harus kemana. Saat di perjalanan pun saya udah memastikan kalau dia akan standby di stasiun.

Sesampainya saya di stasiun Volgograd 1 pun dengan dibantu kenalan baru di kereta, saya segera menuju lobby, karena Felix bilang dia udah menunggu saya. Setelah meyakinkan kenalan baru saya itu kalau saya akan baik-baik saja dan dia bisa pergi duluan, saya mampir ke minimarket di dalam stasiun untuk membeli minum dan beberapa snack walaupun jadi membuat ransel saya makin berat. Felix mulai menelepon saya dan yang malah membuat saya blingsatan plus bingung karena saat di telepon, dia cuma bicara bahasa Rusia padahal bahasa Rusia saya amburadul. Dari yang tadinya bingung akhirnya jadi mulai emosi karena sampai hampir setengah jam saya nggak lihat dia di stasiun, malah dia sibuk meminta saya untuk naik marshrutka. Usut punya usut, karena ada urusan lain jadi dia menunggu saya di halte marshrutka di sekitar rumahnya. Rumahnya sendiri bukan tepat di Volgograd 1, melainkan di kota kecilnya yaitu Volzhskiy. Cuma satu kata yang spontan terucap saat saya sadar, "Kampret!".

Untungnya saya ingat kalau kenalan baru saya tadi bisa bahasa Inggris sedikit (bahasa Inggris berani mati maksudnya hehehe) dan sempat menawarkan bantuan untuk mengantar saya ke tujuan, akhirnya saya kirim pesan ke Felix untuk menghubungi kenalan saya itu dan memberitahu apa yang harus saya lakukan. Singkat cerita, nggak begitu lama kenalan saya itu datang masih dengan baju yang sama (which means kaos oblong bekas tidur semaleman, kolor warna oranye gonjreng dan kaos kaki sebetis plus sendal. Yes, silahkan bayangkan penampakannya, hahaha), dia bilang dia masih di perjalanan untuk mengambil mobilnya di tempat kerja saat Felix menelepon dan memintanya untuk membantu saya. Saya langsung diantar ke marshrutka dengan nomor sesuai yang diberitahu Felix. Kenalan saya bilang, saya cukup duduk manis sampai halte terakhir dan di sana Felix akan menunggu. Setelah terpaksa cipika-cipiki, saya pun duduk di marshrutka sendirian dengan kikuknya. Sepanjang jalan cuma rasa takut di pikiran dan sumpah serapah di dalam hati.

Oh iya ngomong-ngomong tentang kenalan saya ini, sebenarnya antara untung dan apes sih. Untung karena jadi ada yang membantu membawakan barang-barang, apes karena tingkahnya yang aneh itu membuat saya terkaget-kaget terus sepanjang jalan, bahkan sampai detik terakhir kami berpisah. Namanya Семён, dibaca Semyon, bekerja dan bertempat tinggal di Volgograd 1. Awal kami berkenalan adalah karena saat di kereta kelas плацкарт (platskart) itu dia di ranjang atas sedangkan saya di ranjang bawah. Sebelum ranjang saya dibuka, bentuknya adalah dua tempat duduk kecil dengan meja kotak di tengahnya.
http://www.russieautrement.com/_files/transport/train/platskart/Big/platskart_places_de_cote.jpg
Kurang lebih seperti ini lah.
Hasil nyomot dari web orang karena saya nggak sempat foto hehe
Saat itu saya sedang duduk dengan awkward memandang ke luar jendela sambil menunggu kereta berangkat, tiba-tiba dia datang dan duduk di depan saya. Setelah berpandang-pandangan dengan muka datar (no please, ini nggak kaya di FTV pemirsahh hahaha), saya spontan bertanya tentang tas di bawah tempat duduk saya yang sedari tadi mengganjal kaki saya. Dia pun mengiyakan kalau tas itu miliknya dan langsung memindahkannya ke bawah tempat duduknya. Saat dia beranjak duduk lagi dia tiba-tiba bertanya "Вы откуда? Из Индии?" (Vy otkuda? Iz Indii?) yang artinya "Anda dari mana? India?", saya pun langsung menyahut sewot spontan kalau saya dari Indonesia, bukan India, dan saya nggak terlalu banyak bicara bahasa Rusia. Tanpa diduga dia langsung mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi online translator sambil tersenyum lebar. Dalam hati saya "Ebuset, ini orang niat amat. Gawat deh kalau ngobrol semalaman, pakai translator pula. Bisa nggak tidur nih..".

Sesuai dugaan saya, sejak kereta baru mulai berangkat sampai sekitar 2 jam setelahnya, kami masih mengobrol ngalor-ngidul tapi terutama tentang Indonesia. Semyon kelihatan sangat antusias bertanya ini itu walaupun kadang diselipi pertanyaan pribadi yang membuat saya ZBL. Contohnya? "Udah punya suami belum? Ke Volgograd mau ketemu pacar ya? Mau punya anak berapa?" Errr..

Yang membuat saya mulai nggak nyaman adalah saat dia beberapa kali berkata "Kamu cantik.." entah dalam bahasa Rusia, Inggris atau bahkan Indonesia, selain itu beberapa kali menyentuh tangan saya sambil bilang dia suka kulit orang Asia yang berwarna cokelat karena mereka di sana hampir selalu berwarna putih pucat, umm..bukannya apa, tapi ingat-ingat lagi deh, itu situasinya sedang di kereta, saya sendirian, mau ke antah berantah, dan saya baru kenal dia beberapa jam. Perasaan yang muncul bukannya tersipu, tapi SEREM. Hih. Apalagi beberapa tingkahnya yang kalau di Indonesia pasti udah kena tampar orang, seperti saat kami sedang membereskan tempat tidur dan ada penumpang lain yang akan lewat, dia tiba-tiba menarik pinggang saya merapat ke badannya. Belum lagi saat tempat tidur udah rapi dan saya sedang membereskan ransel saya, dia ujug-ujug duduk rapat di samping saya dan menanyakan nomor ponsel,  saya udah menolak tapi dia berkilah agar dia bisa chatting melalui whatsapp saat saya membutuhkan apa-apa (although in the end, yes that emergency moment happened, I don't know what would I do if I didn't have his number when I got lost at station), saat bertanya itu jarak kami benar-benar dekat sampai saya berulang kali bersyukur dalam hati karena saya sempat menaikkan satu kaki saya ke tempat tidur dan melipatnya sehingga bisa memberi jarak antara saya dan dia, ekspresi wajah saya pun pasti sangat awkward. Saat itu saya berpikir apakah hal seperti ini wajar terjadi? Karena penumpang lain pun tidak ada yang bereaksi, jadi kemungkinannya cuma dua, antara hal itu wajar di sana atau emang mereka nggak peduli sama urusan penumpang lain. Malam itu saya tidur lumayan nyenyak tapi sempat terbangun karena merasa ada yang merapikan selimut saya yang menjuntai ke lantai kereta dengan menyisipkannya ke bawah kaki saya. Yes, siapa lagi kalau bukan Semyon, saya sih tetap pura-pura tidur saja daripada tambah menjadi. Beberapa jam kemudian saya nggak sengaja terbangun dan saya kembali kaget karena tiba-tiba saya udah diselimuti dengan selimut yang lebih tebal. Pelakunya? Ya siapa lagi kalau bukan DIA. Sigh.

Di esok paginya pun, sekitar jam 6 pagi saat saya baru membuka mata dan mengecek ponsel, Semyon mengagetkan saya dengan chat-nya yang memberi tahu kalau dia udah membuatkan saya sarapan sandwich tanpa daging babi, dan chat itu lengkap dengan emoticon cium. Saya pun menolak dengan sopan dengan alasan kalau sedang di perjalanan, saya hanya minum air dan bilang kalau saya mau tidur lagi. Rasanya seperti belum cukup membuat saya kaget, sekitar jam 8 saya terbangun dan asli kaget melihat dia sedang berdiri persis di sebelah muka saya, di samping tempat tidur saya, dengan senyum lebar melambaikan tangannya dan berkata selamat pagi dalam bahasa Indonesia. OMG.
Agak ngeri maaak, hahaha
Akhirnya untuk menghindari tingkahnya yang dikuatirkan makin aneh, saya pun tidur terus di kereta. Kalau pun sebenarnya saya nggak tidur, saya menutupi muka saya dengan selimut karena dia terus mengirimkan chat ke saya dan setiap chat itu masuk, dia langsung melihat ke arah saya, entah hanya melirik atau melongok dari tempat tidurnya yang ada di atas saya dengan terang-terangan seolah memastikan saya membaca pesannya. Yes, it was kinda creepy. Dan banyak tingkah anehnya yang lain terutama saat akan berpisah dia meminta (jatuhnya setengah memaksa sih) untuk mencium saya. Daripada dianggap nggak sopan (soalnya di sana sepertinya wajar aja hiks) akhirnya saya mengorbankan pipi ini untuk disosor. Huh. Dasar soang.

***

Balik lagi ke cerita menginapnya. Setelah perjalanan dengan marshrutka yang memakan waktu sekitar 1 jam (tanpa macet dan tanpa ngetem sama sekali lho), akhirnya saya tiba di kota kecil bernama Волжский (Volzhskiy). Saya jadi penumpang terakhir yang turun dan saat saya sedang berusaha menarik koper saya keluar marshrutka, tiba-tiba Felix muncul dengan senyumnya yang khas yang membuat saya spontan memeluknya. Rasanya lega bukan kepalang. Saya selamat. Saya kira saya akan terlantar tanpa arah di kota antah berantah hehehe.

Dia langsung membantu saya membawa koper ke mobilnya yang diparkir dekat halte. Yak, acara menginap pun di mulai. Ngomong-ngomong mobil, jangan dikira mobil orang Rusia jadul-jadul, buanyak mobil canggih bersliweran tapi emang banyak juga yang mobil lawas. Mobil teman saya sendiri SUV Mazda keluaran terbaru yang di sini pun baru akan di-launching, di sana juga banyak yang lebih bagus padahal pas lihat rumahnya ya tetep aja di flat, bukan rumah 'beneran'. Di Rusia, mobil buatan Jepang jauh lebih bergengsi di banding buatan Jerman atau Perancis. Nggak heran, bapak teman saya ini sampai sempat memamerkan mobil Toyota Camry-nya dengan muka bangga berseri-seri dan berulang kali menyebut kata Toyota yang membuat saya bingung harus bereaksi bagaimana hahahaha.

Kembali ke cerita, awalnya saya berharap bisa langsung mandi dan istirahat selonjoran. Ternyata, dia mengarahkan mobilnya ke suatu tempat dan bilang mau mengenalkan saya ke pamannya dan sepupunya, yang ujung-ujungnya bapaknya juga ikut muncul. I never felt that damn awkward hahahaha. Secara ya saya masih kucel, muka lelah berminyak, baju bau kereta pula. Di sisi lain, saya senang dan lega karena ternyata keluarganya sangat amat ramah (banget) terutama bapaknya. Padahal saat chatting dulu, Felix sempat bilang kalau bapaknya gampang marah, makanya saya jadi takut kalau harus menginap di rumahnya. Kenyataannya, ya ampun ini sih bapaknya ramah banget, gimana kalau Felix ketemu bapak saya yang udah terkenal angker? Hahaha. Saat menunggu bapaknya datang, saya disuguhkan самбуса/самса (sambusa/samsa) yang di Indonesia disebut samosa. Saya pribadi suka sekali sama makanan ini, soalnya mirip pizza dan enak! Apalagi disajikan panas-panas. Bedanya kalau pizza toppingnya di atas, kalau sambusa toppingnya di dalam alias jadi isian. Sambusa di sini berisi tumisan daging cincang serta cacahan bawang bombay dan kulit sambusanya bertaburkan biji wijen. Berhubung sebenarnya saya nggak terlalu lapar, saya susah payah menghabiskan sambusa yang menurut saya sih tergolong porsi besar karena tradisi di Rusia pada umumnya adalah kita harus menghabiskan makanan sampai benar-benar tandas tanpa sisa. Tradisi yang sejujurnya menyiksa saya sebagai pemakan yang nggak bersih huhuhu. 
самбуса atau sambusa isi daging sapi
Ngomong-ngomong soal makanan orang Selatan, di sini saya juga mendapat kesempatan untuk mencicipi makanan khas Tajikistan lainnya yang ya pada dasarnya sih pasti ada juga di Uzbekistan dan sekitarnya cuma dengan penamaan yang mungkin berbeda. Seperti пловь (plov) atau pilaf yaitu sejenis nasi goreng tapi umumnya berisi nasi yang digoreng campur dengan kaldu dan potongan wortel serta diberi topping potongan daging sapi atau kambing, cara makannya yaitu dengan salad (lebih kaya acar sih sebenarnya) yang terdiri dari potongan mentimun, bawang bombay dan tomat serta saus asam untuk perasanya.
Plov dengan potongan daging sapi dan wortel. Enaaak! Seriously.
Plov biasa dimakan dengan semacam acar tomat-bawang-timun.
Kadang saat makan diselingi dengan roti bulat itu juga.
Kebayang kan gimana kenyangnya?
манты atau mantiy, paling enak dimakan saat masih hangat..
Apalagi kalau pakai sambel hehehe :p
Selain itu ada yang namanya манты (mantiy) yang bentuknya seperti dimsum ukuran besar dan berisi potongan daging sapi dan cacahan bawang bombay), biasanya манты ini dimakan bersama krim asam khas Rusia yang bernama сметана (smetana). Rasanya agak asam seperti yoghurt tapi tidak manis. Untuk lidah orang Indonesia sih pasti aneh dan butuh adaptasi dulu.

***

Kami baru menuju ke rumah Felix saat malam tiba karena sempat menunggu bapaknya datang terlebih dahulu. Felix tinggal bersama ibunya yang juga mengelola sebuah cafe. Cafenya sendiri baru berjalan sekitar 3 bulan dan berlokasi masih di sekitar flat mereka. Hanya berbeda beberapa blok. Dalam perjalanan menuju rumah saya mulai grogi dan lumayan menyesali keputusan saya untuk nekat menginap.

Saat pintu dibuka, ibunya Felix yang kemudian saya panggil тётя (tyotya, dilafalkan sebagai cyocya yang berarti tante atau bibi) menyambut saya dengan ramah. Ternyata mereka udah menyiapkan ruang keluarganya untuk ruang tidur saya, lengkap dengan seprai baru, bahkan mereka juga membelikan saya handuk mandi dan kaos kaki supaya kaki saya nggak kedinginan saat di rumah. Duh baiknya..jadi betah #eh.
King size bok. Dipinjemin hair dryer juga lagi, hehehe
Malam itu, тётя memasak гречка (grechka) untuk makan malam, dilengkapi sepotong ayam goreng. Bagi saya yang biasanya cuma makan nasi, rasa grechka ini lumayan anyep dan menimbulkan rasa seret di tenggorokan sehingga saya harus minum setelah menelan setiap suapnya. Seretnya itu pakai banget hahaha. Menurut mereka sih, mereka lebih sering pakai grechka daripada nasi karena bagus untuk diet katanya, ya iyalah, baru makan beberapa sendok aja rasanya perut udah penuh banget. Kesimpulan : walaupun nasi bikin gemuk, tapi saya lebih cinta nasi. Sungguh.
http://www.gastronom.ru/binfiles/images/20141006/b1ca7cd1.jpg
Penampakan grechka
Saat hampir selesai makan, saya segera menyerahkan oleh-oleh yang saya bawa dari Indonesia. Responnya sangat melegakan sekaligus menyenangkan dan mereka pun sempat tanya-tanya tentang batik dan budaya Indonesia lainnya yang berakhir dengan sesi minta liat foto keluarga di Indonesia. Eerr..perlu sekalian temu keluarga sekalian nggak nih tante? Hahahaha.

Setelah makan, ngobrol-ngobrol di ruang makan dan berlanjut di ruang menonton TV (bukan sekedar 10-15 menit, tapi hampir dua jam!), mandi dan beberes barang di koper, Felix dan ibunya membantu membuka sekaligus menata sofa bed untuk tempat tidur saya. Sampai seprainya pun dikasih yang baru, ya ampuuun..ini saking baiknya atau takut saya ngerusak seprai yang ada ya? Hahaha. Nggak lama, тётя pamit pergi tidur, sedangkan saya dan Felix menonton film Hollywood yang di-dubbing ke dalam bahasa Rusia sambil ngemil. Sepanjang film saya sibuk menerka-nerka isi filmnya sambil beberapa kali memaksa Felix menjelaskan hehehe. Di Rusia, film apapun bahkan yang tayang di bioskop, selalu di-dubbing ke dalam bahasa Rusia, lucunya suara yang digunakan bisa pas dan cocok dengan perannya. Alhamdulillah ya, di Indonesia cuma film naga-nagaan atau film anak-anak yang didubbing, kalau nggak, saya mending nggak nonton film aja deh.

***

HARI KEDUA
Tepar. Iya saya cuma istirahat-hat-hat. Badan udah nggak bisa diajak kompromi lagi, jadi seharian cuma bersantai di rumah sambil beberapa kali mondar-mandir menemani Felix ke cafe ibunya atau mampir ke cafe bapaknya untuk mengantar beberapa pesanan bahan makanan. Felix juga sempat mengajak untuk jalan-jalan ke taman kota Volzskiy yang karena udah lumayan sore, jadi hiburan seperti komedi putar, roller coaster mini dan lain-lain udah tutup. Asyik juga sih ya, taman kota kecil aja punya segala macam atraksi kaya gitu, nggak heran banyak warga yang senang duduk-duduk di taman selepas pulang kerja atau pacaran di taman hehehe. Kemudian setelah puas berkeliling, kami kembali menemani ibunya di cafe hingga saatnya menutup cafe yaitu jam 9 malam. Di rumah, seperti malam kemarin, setelah bebersih diri,  lalu ngobrol banyak sama Felix dan Ibunya di dapur yang juga merangkap ruang makan. Malam itu тётя memasak plov. Yumm!

Sore harinya juga saya dan Felix menyempatkan diri untuk membeli sushi di salah satu supermarket dekat rumah. Saya nggak nyangka kalau mereka belum pernah nyoba sushi bahkan nggak pernah pakai sumpit karena menurut mereka makanan Jepang terlihat aneh. Akhirnya setelah sesi makan malam, sambil mengobrol, ada sesi belajar menggunakan sumpit dan icip-icip sushi. Saya merasa amat sangat berdosa pas tau Felix dan ibunya nggak suka ikan huahahahahaha. Alhasil тётя memaksa Felix untuk menghabiskan bagiannya sampai Felix bilang I hate you ke saya hahahaha. Esok paginya, saya ketawa geli waktu tau тётя mencuci semua sumpitnya dan disimpan karena ternyata beliau suka sumpit-sumpit itu XD akhirnya saya berniat untuk membawakan sumpit cantik kalau suatu saat kembali lagi hehehe.

Oh iya, di Rusia, kalau kita udah dianggap dekat atau akrab, biasanya akan diajak ngobrol di dapur, bukan di ruang tamu, sambil dijejali segala macam makanan. Aneh ya? Ya tapi begitulah hehehe. Setelah ibunya pergi tidur, saya dan Felix lanjut ngobrol sambil (lagi-lagi) nonton film Rusia karena Felix begitu antusias menunjukkan film-film favoritnya, huah..belajar banget itu saya. Nonton sambil ketak-ketik di Google Translate dan colek-colek Felix minta dibantu terjemahin hahaha.

***

HARI KETIGA
Pagi-pagi udah dibangunin karena mau diajak mengunjungi  Мамаев Курган atau Mamayev Kurgan di Volgograd. Sebenarnya sih saya masih mager berat tapi mengingat saya cuma beberapa hari di sini, saya pun memaksa diri untuk segera bangun, mandi dan bersiap berangkat apalagi Felix udah bolak balik membangunkan saya. Тётя sendiri udah berangkat ke cafe sejak pagi diantar oleh Felix seperti biasa. Jadi saya sempat dikunci sendirian di dalam rumah saat masih tidur. Ya ampun, tamu macam apa saya iniii ahahaha. Selesai mandi, sembari saya berdandan, Felix memanaskan makanan untuk sarapan, pagi itu ternyata Тётя udah memasak telur dadar yang dimasak dengan potongan daun bawang, serta bawang putih jadi Felix tinggal memanaskan potongan sosis berukuran besar. Lalu semuanya dimakan dengan roti. Eh kalau saya sih tanpa roti karena masih kenyang akibat makan malam sebelumnya. Oh iya, nggak lupa juga pakai saus tomat yang sebenarnya rasanya lebih mirip saus barbeque, jadi sarapan pagi itu rasanya cocok di lidah. 

Kalau yang di cawan itu, bukan susu lho, tapi namanya Kefir, susu sapi yang udah difermentasi. Rasanya kalau menurut saya asam (buanget) tanpa ada rasa manisnya sama sekali. Di malam kedua, saya dipaksa untuk mencoba, demi sopan santun, saya mencoba sesendok kecil. However, respon spontan saya nggak bisa ditutupi, saya langsung teriak tanpa sadar ada ibunya Felix di situ, nggak sukaaa hahaha, padahal kefir itu manfaatnya bagus banget untuk pencernaan dan stamina, bahkan kalau suka belanja di Instagram pasti pernah liat produk masker kefir yang berguna untuk kecantikan kulit. Cuma ya gimana ya..yoghurt yang manis aja saya nggak suka apalagi ini yang cuma asam doang. Herannya, orang Rusia paling suka produk susu basi fermentasi begini, dari mulai kefir, tvorog sampai smetana yang sering ditambahkan pada makanan.

Sehabis sarapan, kami langsung berangkat, tapi untuk menuju Volgograd, Felix mengajak saya untuk naik marshrutka aja dan mobilnya sendiri diparkir di cafe. Ternyata..jarak dari Volzskiy ke Mamayev Kurgan jauuh, pantes aja dia nggak mau nyetir sendiri hahaha. Kami naik marshrutka hingga seberang Mamayev Kurgan. Hari itu panas menyengat, tanpa ada rasa dingin sama sekali, untungnya kami berdua bawa jaket, kalau nggak pasti kulit ini udah terbakar habis.
Kolam pelataran di bagian depan monumen Mamayev Kurgan
Di Mamayev Kurgan saat itu nggak begitu ramai, tapi ada beberapa turis Cina, Jepang bahkan ada pasangan India yang sedang berkunjung. Pengunjung nggak perlu membeli tiket masuk karena tempat ini terbuka begitu aja. Di beberapa sudut juga ada penjual minuman, makanan dan es krim serta souvenir yang bertuliskan Volgograd, Mamayev Kurgan atau sekedar bersimbol komunis alias palu arit hehehe. Well, saya sendiri bukan seseorang yang paranoid dengan simbol itu, jadi dengan senang hati saya menerima saat Felix membelikan pemantik rokok bersimbol "itu".

Mamayev Kurgan sendiri merupakan landmark utama sekaligus daya tarik Volgograd selain sungai Volga. Di lokasi tersebut terdapat beberapa patung monumen besar untuk memperingati pertempuran berdarah terbesar yang pernah terjadi di sana, namun patung Mamayev Kurgan adalah yang terbesar dan tertinggi. 
Stunning..
Pemandangan bagian bawah dari Mamayev Kurgan Memorial Hill
Makam pejuang yang gugur di pertempuran Stalingrad
Monumen seorang ibu yang anaknya gugur di pertempuran Stalingrad
Kalau udah puas berkeliling di sekitar monumen, pengunjung bisa masuk ke museum yang mana di dindingnya terdapat pahatan nama-nama pejuang yang gugur dalam pertempuran sengit melawan Nazi Jerman tersebut. Suasana komunis di dalam terasa kental dengan simbol-simbol soviet dimana-mana, tapi juga khidmat, bahkan Felix sempat berbisik mengingatkan saya "Jangan pasang muka terlalu happy ya" hahaha. Well jadi pasanglah muka sewajarnya, jangan terlalu girang karena bakalan dianggap nggak menghormati pengorbanan para pahlawan itu, hehehe. Tapi jangan sampai nangis-nangis juga sih, nanti dikira lagi patah hati~


Nama-nama korban pertempuran Stalingrad
Setiap beberapa saat, prajurit yang bertugas menjaga di sana akan melaksanakan pergantian shift yang cukup menarik untuk dilihat dan biasanya para pengunjung akan berkerumun demi mendapat angle foto yang bagus atau untuk merekam videonya. Uh, saya nggak bisa-bisa upload videonya sih di sini.. *sigh*.
Guard Changing Session
Di samping monumen juga terdapat sebuah gereja orthodox kecil dengan ciri khas kubah seperti yang banyak terdapat di seantero Rusia. Gereja bercat putih dan berkubah emas ini juga merupakan salah satu daya tarik Volgograd. Sayangnya saya memutuskan untuk nggak masuk ke dalamnya, bukannya apa, tapi karena sepanjang jalan-jalan ini Felix heboh sendiri mengarahkan saya untuk berpose, saya jadi males kalau tiba-tiba nanti di dalam gereja hebohnya dia kumat lagi, hahaha


Malamnya sepulang dari Mamayev Kurgan serta tepi sungai Volga, kami diundang mampir oleh ayahnya Felix untuk makan malam di cafenya. Walaupun saya udah memohon-mohon untuk langsung pulang ke rumah aja berhubung udah terlalu kenyang dan takut malah bikin tersinggung karena nggak bisa menghabiskan makanan yang disuguhkan, tapi tanpa ragu Felix tetap mengarahkan mobilnya ke cafe. Sepulangnya dari cafe, ternyata di rumah тётя udah nyiapin sup daging buatannya dan disajikan dalam porsi besar, saya sendiri udah nangis dalam hati karena terlalu kenyang. Apalagi daging di dalam sup benar-benar sekaligus sama tulangnya sementara seumur hidup saya nggak pernah mau kalau disuruh makan daging dari tulangnya. Hiks..protes ke Felix pun malah dikasih kode tetap harus diabisin makanannya karena тётя bisa tersinggung kalau nggak diabisin. Di hari itu saya udah mulai membenci makanan hiks. Ampuni aku ya Allah, tapi beneran deh belom pernah saya sekenyang itu sampai akhirnya merasa tersiksa sendiri. Lagipula, tetap diingat, menolak makanan atau nggak menghabiskan makanan yang disajikan adalah pamali. Pa-ma-li. Hehehe.

Btw, berhubung udah kepanjangan tulisannya, kita sambung di postingan selanjutnya yaa :D

Thanks & Cheers!

To be continued...

6 comments:

  1. wkwkw.. si Simeon kaco juga yah.
    PDKT macam apa pula kek gitu. ckckckck

    ReplyDelete
  2. Hahahaha baca cerita soal Semon kok seru yaaa :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha iya seru kalau diceritain, kalau dialamin sih bukannya seru, tapi ngeri!

      Thanks ya udah mampir :)

      Delete
  3. Asik cerita nya. Dapet gambaran tentang budaya disana.
    Impian banget bisa ke Rusia karna faktor suka sejarah world war 2.
    Lain kali ke Jerman ya Teh explore museum-museum Nazi hehe

    ReplyDelete
  4. Asik cerita nya. Dapet gambaran tentang budaya disana.
    Impian banget bisa ke Rusia karna faktor suka sejarah world war 2.
    Lain kali ke Jerman ya Teh explore museum-museum Nazi hehe

    ReplyDelete
  5. Hai mba.. mnt bantuannya.. sy coba beli tiket kereta lewat rzd utk beberapa orang dgn kartu kredit yg sama.. awalnya pesan utk 2 orang bisa, tapi selanjutnya failed ditahap pembayaran.. apa yg salah ya?

    ReplyDelete

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS